laporan pratikum
tentang
|
RHIZOPUS SP(R.Oryzae)
|
|
DISUSUN
OLEH :
SYADDAT AUSI
36
|
DINAS
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
|
KAB. BANGKALAN
SMA NEGERI 01
BLEGA
TAPEL 2012-2013
|
I.
Tujuan
·
Untuk mengetahui
tipe respirasipada jamur rhizopus sp (R. oryzae).
·
Untuk mengetahui
waktu yang paling tepat mendapatkan kualitas produktivitas rhizopus sp (R.
oryzae) yang paling maksimal.
II.
Dasar teori
Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan
dalam pembuatan tempe. Jamur ini aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan
toksin dan mampu menghasilkan asam laktat. Rhizopus oryzae mempunyai kemampuan
mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam amino. Selain itu jamur
ini juga mampu menghasilkan protease. Menurut Sorenson dan Hesseltine (1986),
Rhizopus oryzae tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6. Pada penelitian, semakin
lama waktu fermentasi, pH tempe semakin meningkat sampai pH 8,4, sehingga jamur
semakin menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur. Secara
umum jamur juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air
untuk jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH dan kadar air,
jumlah nutrien dalam bahan juga dibutuhkan oleh jamur.
Ciri-ciri R. oryzae secara umum, antara lain ialah hifa tidak bersekat (senositik), hidup sebagai saprotrof, yaitu dengan menguraikan senyawa organik. Pembuatan tempe dilakukan secara aerobik. Reproduksi aseksual cendawan R. oryzae dilakukan dengan cara membentuk sporangium yang di dalamnya terdapat sporangiospora. Pada R. oryzae terdapat stolon, yaitu hifa yang terletak di antara dua kumpulan sporangiofor (tangkai sporangium). Reproduksi secara seksual dilakukan dengan fusi hifa (+) dan hifa (-) membentuk progamentangium. Progamentangium akan membentuk gametangium. Setelah terbentuk gamentangium, akan terjadi penyatuan plasma yang disebut plasmogami. Hasil peleburan plasma akan membentuk cigit yang kemudian tumbuh menjadi zigospora. Zigospora yang telah tumbuh akan melakukan penyatuan inti yang disebut kariogami dan akhirnya berkembang menjadi sporangium kecambah. Di dalamsporangium kecambah setelah meiosis akan terbentuk spora (+) dan spora (-) yang masing-masing akan tumbuh menjadi hifa (+) dan hifa (-).
Ciri-ciri R. oryzae secara umum, antara lain ialah hifa tidak bersekat (senositik), hidup sebagai saprotrof, yaitu dengan menguraikan senyawa organik. Pembuatan tempe dilakukan secara aerobik. Reproduksi aseksual cendawan R. oryzae dilakukan dengan cara membentuk sporangium yang di dalamnya terdapat sporangiospora. Pada R. oryzae terdapat stolon, yaitu hifa yang terletak di antara dua kumpulan sporangiofor (tangkai sporangium). Reproduksi secara seksual dilakukan dengan fusi hifa (+) dan hifa (-) membentuk progamentangium. Progamentangium akan membentuk gametangium. Setelah terbentuk gamentangium, akan terjadi penyatuan plasma yang disebut plasmogami. Hasil peleburan plasma akan membentuk cigit yang kemudian tumbuh menjadi zigospora. Zigospora yang telah tumbuh akan melakukan penyatuan inti yang disebut kariogami dan akhirnya berkembang menjadi sporangium kecambah. Di dalamsporangium kecambah setelah meiosis akan terbentuk spora (+) dan spora (-) yang masing-masing akan tumbuh menjadi hifa (+) dan hifa (-).
Siklus hidup Rhizopus oryzae
Sifat-sifat Rhizopus oryzae, yaitu koloni berwarna putih berangsur-angsur menjadi abu-abu, stolon halus atau sedikit kasar dan tidak berwarna hingga kuning kecoklatan. Sporangiofora tumbuh dari stolon dan mengarah ke udara, baik tunggal atau dalam kelompok (hingga 5 sporangiofora), rhizoid tumbuh berlawanan dan terletak pada posisi yang sama dengan sporangiofora. Terdapat sporangia globus atau sub globus dengan dinding berspinulosa (duri-duri pendek), yang berwarna coklat gelap sampai hitam bila telah masak. Kolumela oval hingga bulat dengan dinding halus atau sedikit kasar. Rhizopus oryzae memiliki spora bulat, oval atau berbentuk elips atau silinder. Suhu optimal untuk pertumbuhan jamur ini adalah 350C, minimal 5-70C dan maksimal 440C. Berdasarkan asam laktat yang dihasilkan Rhizopus oryzae termasuk mikroba heterofermentatif
III. Alat dan Bahan
-
Alat :
·
Panci
·
Pengukus
·
Kompor
·
Penirisan
·
Baskom
-
Bahan
·
½ kg
kedelai
·
Plastic
pembungkus
·
Laru
·
Tepung
kanji/tapioca 1 sendok teh.
IV.
Prosedur
a.
Pembuatan
laru
1.
Memilih
tempe yang berkualitas bagus
2.
Mengris
tipis dan menjemur sampai kering
3.
Menumbuk
alus, diayak dan disimpan ditempat yang kering.
b.
Pembuatan
tempe
1.
Menyiapkan
alat dan bahan
2.
Merendam
kedelai kurang lebih 6 jam
3.
Mengukus
kedelai kurang lebih 30 menit
4.
Mengupai
semua kulit kedelai sampai bersih
5.
Mencuci bersih
dan mengukus kembali kurang lebih 30 menit
6.
Meniriskan
dan mendinginkan kedelai sampai dingin.
7.
Menambah
satu sendok the tepung tapioca dan satu sendok the laru, mencampurkannya hingga
merata
8.
Membagi
adonan menjadi 6 bagian yang sama dan membungkusnya dengan plastic pembungkus.
9.
Tiga
bagian yang diberi aerasi, 3 bagian dibiarkan tertutup rapat.
10.
Memberikan
label A1,A2,A3 pada bagian yang terbuka dan memberikan label B1,B2,B3 pada
bagian yang tetutup.
11.
Melakukan pengamatan pada hari-1
untuk A1 dan B1. hari ke-2 untuk
A2 dan,B2. Haari ke-3 untuk A3 dan B3.
V.
Hasil Pengamatan
NO
|
Tes Organoleptik
|
Terbuka
|
Tertutup
|
Ket
|
||||
A1
|
A2
|
A3
|
B1
|
B2
|
B3
|
|||
1
|
Tekstur
|
Padat
|
Padat
|
Padat
|
Berbutir
|
Berbutir
|
Berbutir
|
B2 ujung agak padat
B3 ¼ bagian padat
|
2
|
Aroma
|
Harum
|
Harum tempe
|
Legit ++
|
Kedelai
|
Aroma
kedelai -
|
Agak kecut
|
|
3
|
Warna
|
Putih
|
Putih kusam
|
Coklat
|
Coklat muda
|
Kuning kusam
|
Coklat pucat
|
A1 ujung hitam
A3 sebagian ada bagian putih
|
4
|
Temperature
|
Hangat
|
Hangat +
|
Hangat
|
Dingin
|
Dingin
|
Dingin +
|
VI.
Pembahasan
Setalah melakukan pengamatan pada pratikum biologi dan diperoleh table diatas maka dapat dibahas
lebih mendalam sebagai berikut.
Pada pengamatan hari ke-1
untuk tempe di bungkus A1 dan B1, tes
organopleptik dari bungkus A1 diperoleh
tekstur padat, aromanya harum, berwarna putih (ujung hitam) dan bertemperatue hangat, A1 ujungnya hitam
dikarenakan ketika saat proses penyucian ada bagian kedelai yang belum
terkelupas dari kulit bijinya sehingga menggangu proses fermentasi kedelai. Bereda
dengan B1 yang diperoleh tektur berbutir , aroma kedelai, warna coklat muda dan
bertemperatur dingin.
Dipengamatan hari ke-2 untuk A2 dan B2 diperoleh tekstur padat, beraroma harum
tempe, berwarna putih kusam dan bertekstur sedikit hangat untuk dibungkush A1
sedangkan dibungkus B2 diperoleh tekstur berbutir (ujung agak padat) , beraroma kedelai -, berwarna kuning kusam dan bertektur dingin, B2 ujung bertekstur agak padat dikarenakan pembungkus
yang di B2 kurang rapat sehingga oksigen bebas bisa masuk dan membantu
respirasinya jamur rhizopus oryzae.
Dipengamatan hari ke-3 untuk bungkus A3 dan B3
diperoleh tekstur padat, aroma busuk, berwarna coklat (sebagian ada putih) dan teksturnya
hangat untuk bungkus A3. A3 ada sebagian yang berwarna putih karena jamur
rhizopus oryzae tidak sama saat bereproduksi jamur yang masih muda akan
berwarna putih dan yang sudah tua atau busuk akan berwarna coklat sedangkan untuk bungkus B3 diperoleh tekstur berbutir
( ¼ bagian padat), beraroma agak
kecut, berwarna coklat pucat dan bertempertur
dingin +. B3 ¼ bagian bertekstur padat dikarenakan pembungkus yang di B3
kurang rapat sehingga oksigen bebas bisa masuk dan membantu respirasinya jamur
rhizopus oryzae.
VI.
Kesimpulan
Dari pratikum yang saya lakukan dapat disimpulkan bahwa.
٠
Tipe
respirasipada jamur rhizopus oryzae adalah
tipe respirasi aerob yang melibatkan atau membutuhkan oksigen bebas.
٠
Waktu yang paling
tepat mendapatkan kualitas produktivitas saccharomyces cerevisiae yang paling
maksimal adalah hari ke-1 dengan pembungkus yang diberi aerasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar